Please Give Me BackLink If You Want To Copy http://www.prince91.com/2011/08/tutorial-untuk-blog-letak-facebook.html#ixzz1XvVHKC1X Under Creative Commons License: Attribution

Isnin, 4 November 2013

KISAH EMAS DAN MANGKUK


Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berjumpa dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini:

Apa yang engkau inginkan dari dariku?

Si pengemis itu tersenyum dan berkata: Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.

Sang raja terkejut, ia merasa pelik: Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!

Maka menjawablah sang pengemis: Berfikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa. Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu.Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, kerana mendapat nasihat dari seorang pengemis.

Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya.

Dengan penuh kejujuran dan kesederhanaan si pengemis itu menghulurkan mangkuk penadah sedekah:

Tuanku isilah apa yang tuanku hendak bagi kepada hamba di dalam mangkuk ini,

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar kata-kata pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas! Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tidak mahu malu di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis bukan pengemis biasa, lalu ia bertanya :

Sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan dari apakah mangkuk sedekah ini diperbuat?

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum:

Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, keinginan memuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi ertinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. Kegembiraan, keinginan, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan: “kekuasaan cenderung untuk jadi tamak”.

Raja itu bertanya lagi :

Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?

Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Allah SWT. Jika engkau pandai bersyukur, Allah akan menambah nikmat padamu kata sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang dari mata khalayak.


Jumaat, 23 Ogos 2013

JIBRIL, KERBAU, KELAWAR DAN CACING

Suatu hari Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, “hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau”. Si kerbau menjawab, “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri”.
Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelawar. Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah gua. Kemudian mulai bertanya kepada si kelawar, “hai kelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelawar”. “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya”, jawab si kelelawar.
Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, “Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing”. Si cacing menjawab, ” Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya”.

Rabu, 10 Julai 2013

KISAH QARUN


Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"
Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."

Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."

PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.
"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)
Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)

Khamis, 13 Jun 2013

SEBUKU ROTI PENEBUS DOSA



Abu Burdah bin Musa Al-Asy’ari meriwayatkan, bahawa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: “Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sebuku roti.”

Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam pujuk rayunya dan bergelumang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri.

Setelah ia sedar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.

Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, kerana sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu.

Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, kerana disangka sebagai orang miskin.

Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: “Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku.”

Orang yang membagikan roti itu menjawab: “Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti.”

Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam.

Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: “Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!”


Moral :

Berbuat amal kebajikan kepada orang lain walaupun sedikit, insyaAllah pasti menerima ganjaran daripada Allah

Isnin, 27 Mei 2013

KASIH SI KECIL

Seekor anak kucing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. “Kamu mesti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui bahawa pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya. Kerana saya mampu mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.


kucing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi. Tapi, dari kandang sebelah, ia mendengar suara seekor lembu. “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab puan di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemuh.

Belum lagi kesedihannya hilang, ia mendengar teriakan biri-biri. “Hai lembu, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya. Aku memberi bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi kata-katamu soal kucing kecil itu, memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam pencemuhan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, Semua binatang sepakat kalau si kucing kecil itu adalah makhluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan sumbangan apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, kucing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya, sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan pula…

Ada seekor kucing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu mendengar keluh kesah si kucing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan sumbangan kepada keluarga di sini, sayalah haiwan yang paling tidak berguna di sini…”

Terharu, kucing tua berkata, “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati. Kamu tidak berupaya memberikan telur, susu ataupun bulu. Tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak mampu kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan untuk membawa kegembiraan.”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan kelihatan amat lelah Kerana perjalanan jauh di panas terik matahari, kucing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan kucing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, dan berkata, “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini. Kamulah yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini. Kamu kecil, tapi sangat mengerti ertinya kasih…”


Moral:

Jangan sedih ketika kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain Kerana memang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi apa yang kamu dapat lakukan, kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan. Selalu begitu.

Isnin, 13 Mei 2013

KAKI AMPU YANG MUNAFIK


Pada suatu hari, seorang raja memanggil kesemua penasihatnya yang terdiri daripada mufti, menteri-menteri dan timbalannya, para pembesar dan tokoh-tokoh agama negarawan ke istana hinggapnya. Mereka dijamu dengan pelbagai juadah dan dianugerah dengan bintang-bintang kehormat.

Selepas menikmati jamuan, raja mengeluarkan sebotol minyak wangi dari sakunya. Baginda membuka dan menghidunya. "Minyak wangi apa ni... busuk sangat baunya.."  Sambil berkata begitu, raja itu menghulurkan botol itu kepada mufti di sebelahnya. Mufti itu menghidunya. "Ya, benar. Terlalu busuk minyak wangi ini." Minyak wangi itu diberikan pula kepada wazir di sebelahnya. Wazir itu berkata, "Betul Tuanku! Minyak wangi ini memang busuk." Begitulah seterusnya botol itu diedar kepada para jemputan yang ada di balairong. Kesemua mereka mengatakan busuk sebagaimana didakwa oleh rajanya.

Akhirnya sampailah kepada giliran seorang memanda menteri. Sebaik saja menciumnya, dia terus berikan respons, "Tidak betul, mana ada minyak wangi yang tidak wangi. Kesemua minyak wangi adalah wangi termasuk yang ini. Minyak wangi ini sangat harum, tidak seperti yang tuan-tuan katakan."

Mendengar kata-kata memanda menteri tadi, raja itu tersenyum sambil berkata, "Benar kata-kata menteriku ini. Kamu semua adalah pengampu yang berbohong. Kamu sanggup  menyembunyikan kebenaran kerana nak mengampu dan menjaga status kamu semua. Mulai hari ini pengampu-pengampu semua dipecat dari sebarang jawatan. Memanda menteri yang berkata benar ini beta lantik menjadi penasihat diraja."


                       
MORAL :

*                  Seorang pemimpin yang benar-benar sedar tentang peranannya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini sentiasa berusaha  menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan. Mereka bersedia menerima teguran membina daripada rakyat-rakyat dan orang bawahannya meskipun pahit didengar. Sebaliknya mereka benci kepada orang-orang yang suka mengampu dan memujinya tanpa hak.

*                  Mereka yang Allah kehendaki menjadi manusia yang baik rela mendengar pendapat dan kritikan orang lain terhadapnya.

*                  Bertuahlah sesebuah negara yang mempunyai umara' (raja) yang menghampiri ulama' dan binasalah sesebuah negara yang mana ulama'nya suka menghampiri umara'.

*                  Kata-kata yang ikhlas disukai Allah meskipun dibenci oleh semua manusia. Sebaliknya kata-kata yang tidak ikhlas dibenci Allah meskipun digemari oleh semua lapisan manusia.

*                  Carilah keredhaan Allah meskipun terpaksa berdepan dengan onak dan duri.

*                  Kebaikan sejati ialah berani berkata benar di depan pemerintah yang zalim.

*                  Pemerintah yang zalim suka mempunyai penasihat-penasihat yang berkata manis kepada dirinya walaupun tidak benar.

*                  Jauhi sifat munafik kerana ia ibarat musang berbulu ayam. Membiarkan si munafik bermaharajalela seolah-olah merosakkan keseluruhan mukabumi Allah ini dengan noda dan dosa.

*                  Allah membenci orang yang munafik. Oleh sebab itulah kedudukan orang munafik adalah paling hina daripada orang kafir. Orang kafir jatuh kerana kejahilannya tetapi si-munafik berkata bohong sedangkan dia tahu  itu adalah salah. Justeru, Allah meletakkan orang munafik di kerak neraka yang paling bawah.

Ahad, 12 Mei 2013

NILAI RM5


Jalan di situ berlopak-lopak besar,terhinjut-hinjut Toyota Corolla Altis 1.8 ini dilambung graviti. Ery duduk di sebelah sudah berapa kali bangun tidur, dengkurnya makin menjadi. Siaran radio sekejap berbunyi, bercampur-campur. Sekejap radio perak, sekejap kedah mengikut lambungan kereta lagaknya.

Aku terpaksa memperlahankan kereta melalui satu perkampungan nelayan yang kotor, beberapa budak-budak kecil dengan muka yang comot dan hingus kering di muka berlari-lari. Seorang daripadanya tidak berseluar langsung, geli.

Ada orang tua berbasikal mengangkat tangan memberi salam. Aku menaikkan cermin kereta, melepaskan rengusan garang.

Ery sudah bangun, mengesat-ngesat mata, menggeliat kasar. Mengeluarkan bunyi seperti kerbau. Perempuan sial, sopannya cuma di depan jantan, tersipu-sipu dan bersimpuh malu. Hipokrit ini cuma tahu bersolek dan berdandan bila mahu keluar, di rumah dia seperti perempuan baru beranak, t-shirt goboh dengan kain pelekat senteng dan rambut usai seperti orang gila, mengeluarkan bau hapak dan masam.

Ada sebuah jeti buruk disitu. Beberapa nelayan baru sampai dari laut disambut peraih-peraih buncit. Memunggah ikan. Ery sudah separuh menggelepar di luar meliar mata mencari Shafik, tunangnya. Aku duduk sahaja di dalam kereta. Aku bencikan pantai hanyir seperti ini.

Beberapa gadis bertudunglabuh lalu dengan menaiki basikal dan memberi senyuman.

Aku menghempas pintu serta merta. Memang benar. Perempuan kolot seperti mereka itu, patut dijerukkan saja di tempat busuk ini.Tolol!

Kemudian, datang seorang tua menghampiri tingkap belakang. Aku sedikit marah, mengetap bibir.

"Nak apa?!"

Dia terketar terkejut, sedikit berundur.

"Assalammualaikum nak, pakcik ambil upah cuci kereta.."

Dia bercakap dengan pandangan yang tumpah ke kakinya, tertib dan seperti takut. Di tangannya ada satu baldi buruk air sabun dengan tuala koyak di bahu. Baju kemeja kusam koyak di poket, cuma dibutang dua menampakkan dadanya yang leper ditolak tulang selangka. Seluar hijau pudar senteng.

Tidak berkasut dengan kuku hitam dan kaki yang reput. Menjijikkan!

"Basuh sajalah, tapi, awas!! Kalau calar kereta aku, tahulah macamana aku nak ajar kau!!"

Berkata sambil meliarkan mata pada Ery yang tengah tersengih-sengih meramas-ramas tangan dengan tunangnya itu. Duduk pula bersimpuh, membelai-belai rambut. Boleh pula kaki yang asyik duduk terkangkang di rumah itu ditutup rapat.

Orang tua itu tertunduk-tunduk mengucap terima kasih. Ah, miskin seperti ini tunduk-tunduk meminta simpati, tiada maruah. Terus saja dia menggosok satu demi satu tayar kereta. Memberus sambil terbatuk-batuk, meludahkan kahak hijau. Pengotor, sial! Aku mengalihkan mata ke pantai.

Peraih berdekah ketawa menepuk-nepuk  belakang nelayan kurus itu. Menyerahkan beberapa ringgit. Nelayan itu tersenyum pahit. Menyelitkannya di celah kopiah. Itulah, siapa suruh kecil-kecil tidak mahu belajar pandai-pandai, masuk universiti dan kerja besar. Tidaklah hidup susah seperti itu. Bodoh!!

"Sudah nak!!" Pakcik itu datang setelah 20 minit. Aku sudah malas hendak memandangnya, dan kuhulurkan sahaja RM 5. Aku rasa itu sudah cukup lumayan untuk fakir seperti dia. Cepat-cepatlah dia pergi.

Tapi, sebaliknya dia memegang lama duit itu. Tunduk dan menangis tersedu-sedu. Menambahkan kerut dan mengelap mata dengan hujung kemejanya.

"Kenapa ni? Gila?!"

"Nak, seumur hidup pakcik hidup susah ini, pakcik kerja memetik kelapa, mencuci tandas di restoran, kemudian mencuci kereta, belum pernah pakcik terima upah sebanyak ini. Paling banyak pun hanya seringgit."

Dia bersungguh-sungguh melihat ke dalam mata aku.

Timbul pula sedikit simpati, sedikit sayu. Rasa yang tidak pernah bertakung dalam hati keras aku selama 25 tahun ini. Dia melipat kecil wang itu diikat simpul di dalam sapu tangan biru muda. Pergi dengan terhinggut menangis dengan baldi buruk ke arah sekumpulan nelayan.

Aku memandangnya dengan pandangan kosong. Ini warna kemiskinan, aku tidak pernah lihat. Aku membesar dalam hutan batu, di kota lumpur. Keras diselaput wang kemewahan, kemudian keluar dengan segulung ijazah. Bekerja seperti orang gila untuk duit. Biarlah, kalau aku mahu bantu, ramai lagi di luar sana. Lupakan saja..

Ery memanggil aku dari sebuah kedai makan di situ. Hampir 10 minit aku melayan meluat-melihat Ery yang tersipu-sipu menggagau mee dengan sudu dan garfu. Kemudian, kelibat orang tua itu melintasi kami, menjinjing dua beg besar hitam berisi barang. Hairan, takkanlah dengan wang RM 5 dia boleh membeli barang sebanyak itu. Mustahil. Atau dia memang ada duit tapi, berlagak seperti fakir. Mungkin..

Dengan rasa ragu, aku menghampirinya. Dia memberi senyum lembut dan aku dengan rasa curiga bertanya terus.

" Eh, pakcik. Tadi saya bagi lima ringgit, takkan dapat beli barang sebanyak ini?".

Bunyinya seperti meninggi. Pakcik itu seperti terkejut.

Dia diam dan tunduk seketika. Pahit menelan air liur. Meletakkan dua beg plastik di atas tanah, membukanya satu satu, perlahan-lahan dan terketar.

Aku terkedu. Terkejut dan malu. Pakcik itu mengeluarkan sapu tangan tadi dan membuka simpulannya. Wang aku tadi, masih terlipat kemas.

"Nak, pakcik tahu. Kami ini orang susah, nak. Hidup seperti najis, dibuang dan ditolak-tolak. Kalian pekup hidung melihat kami. Ambillah ini semula. Pakcik juga punya maruah. Kadang-kadang maruah kami lebih tinggi dari kamu orang kaya yang hidup berpura-pura, menipu orang. Harga diri kami masih kuat. Bila anak menyoal pakcik seperti tadi, anak telah memijak harga diri pakcik. Anak seperti menghukum pakcik sebagai orang tua sial yang berpura-pura susah. Ambillah semula, nak."

Pakcik itu meletakkannya di atas tangan aku, dan aku menolak, berkali-kali. Aku sudah menangis, meminta maaf, berkali-kali. Tidak mahu menyentuh langsung wang itu, hingga jatuh di hujung kaki.

"Lihat, itulah tempat duit. Di tapak kaki. Duit itu perlu, tapi jangan sampai ia lebih tinggi dari harga diri. Jangan sampai duit menjadikan kita angkuh dan bongkak. Pakcik ke sana tadi, tempat nelayan memunggah ikan. Pakcik kutip ikan-ikan kembung pecah perut ini yang sudah dibuang ke tepi. Dengan bangkai busuk ini pakcik sambung hidup anak-anak pakcik, jangan sampai kelaparan, jangan mati."

Mendatar sahaja suara orang tua itu berkisar-kisar dengan pukulan ombak. Dia terbatuk-batuk berjalan, meninggalkan aku dengan wang lima ringgit di hujung kaki, dua plastik berisi ikan busuk yang sudah mula dihurung lalat.

Aku terduduk menangis semahu-mahunya. Aku mempunyai wang yang boleh membeli segala kemewahan dunia. cuma aku belum mampu membeli sesuatu yang ada dalam diri orang tua itu.




Moral :

" jika tidak dapat apa yang kita suka, belajarlah utk menyukai apa yang kita dapat”

Jumaat, 15 Februari 2013

MENGKEBUMIKAN BABI HUTAN

Seorang kanak-kanak datang mengadap Rasulullah SAW sambil menangis. Hal itu menghairankan Rasulullah yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya.


"Mengapa engkau menangis anakku?" tanya Rasulullah.

"Ayahku telah meninggal, tapi tidak seorang pun datang melawat. Aku tidak mempunyai kain kafan. Siapakah yang akan memandikan ayahku dan mengkebumikannya? tanya anak itu.

Lalu, Nabi menyuruh Abu Bakar dan Umar pergi melihat jenazah tersebut. Kedua mereka amat terkejut setelah melihat mayat itu sudah bertukar menjadi babi hutan. Mereka pun segerea pergi memberitahu Rasulullah.

Maka, Rasulullah datang sendiri ke rumah anak itu. Baginda berdoa kepada Allah sehingga babi hutan itu bertukar menjadi jenazah manusia. Kemudian, Rasulullah menyembahyangkan jenazah tersebut. Ketika jenazah itu hendak dikebumikan, ia berubah menjadi babi hutan semula.

Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada kanak-kanak tersebut, apakah yang dilakukan oleh ayahnya sewaktu hidupnya.

"Ayahku tidak pernah mengerjakan solat sepanjang hidupnya," jawab anak itu. Kemudian Rasulullah bersabda keapda para sahabatnya. "Para sahabat lihatlah sendiri. Begitulah akibatnya, bila orang meninggalkan solat selama hidupnya. Ia akan menjadi babi hutan di hari kiamat."